Senin, 23 April 2012

HARI BUKU SEDUNIA DI RUMAH DUNIA














































MARI KATAKAN TINGBATING UNTUK MERAYAKAN KESADARAN




Produk negatif yang terjadi pasca-reformasi adalah menyebarnya virus Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Jika di zaman Orde Baru proses KKN dilakukan secara terselubung dengan “kelompok eksklusif” maka di zaman kini, KKN dirayakan secara terbuka dan inklusif. KKN tidak lagi dianggap sebagai pekerjaan yang memalukan. Sebaliknya, hal semacam itu dianggap lumrah dan wajar. Orang yang masih sadar dianggap tidak wajar, sok idealis dan aneh. Kesadaran dianggap kegilaan, sementara orang-orang yang tidak sadar dianggap normal dan baik-baik saja. Absurd!

Begitulah masyarakat kita hari ini. Degradasi kultural telah menjadi tradisi baru. Kemunafikkan menyebar mengalahkan kecepatan angin levanter. Lalu bagaimanakah melawan degradasi kultural itu? Jawabnya kita harus melawan (juga) dengan konsep kultural. Puncak-puncak kebudayaan bisa menepis persoalan itu.
Sejak kecil hingga dewasa, saya hidup dalam kebudayaan Banten dan terbaiat menjadi manusia Banten. Manusia Banten adalah manusia yang egaliter, non-feodalistik, terbuka dan berani, setidaknya itulah yang saya rasakan. Hal ini bisa dilihat dari pelagai aspek, terutama dalam pergumulan keseharian. Undak bahasa tak terlampau berlaku. Proses penghormatan terhadap orang yang lebih dituakan berlangsung secara wajar dan proporsional. Manusia Banten tidak terlalu senang berbasa-basi dan langsung menampakkan “nilai rasa” jika menghadapi sebuah situasi tertentu.

“Tingbating” adalah istilah yang biasa dipakai dalam bahasa lokal keseharian, terutama jika manusia Banten pada umumnya berjumpa dengan sesuatu yang memuakkan, menjijikkan, abnormal. Tingbating adalah kata umpatan sekaligus kata penolak bala. Misalnya, sehabis mengatakan kata “Tingbating”, Ibu hamil yang berjumpa dengan sesuatu yang memuakkan, menjijikan dan abnomal itu akan mengusap-usap (dengan tangannya) kandungan yang berisi jabang bayi, dengan harapan bayi tersebut ketika lahir kelak, tidak seperti yang dilihatnya itu. Sebagai simbol ketidaksukaan, tak jarang pengguna kata ini ditambahi reaksi meludah.

Melihat persoalan kebangsaan kita hari ini, Anda bisa saksikan bagaimana para pemimpin sering ingkar dengan janji-janji, anggota dewan yang melupakan rakyatnya, partai-partai yang tak memberikan solusi, birokrat yang sering mempermainkan bawahan, intelektual dan institusi pendidikan yang menjual keilmuan demi proyek-proyek instan, profesor plagiat, wartawan bodrek, LSM yang kerjaannya memeras, polisi jagal, guru dan dosen yang  menjual nilai, para penegak hukum yang sudah doyong! Selayaknya kata

“Tingating” harus sering kita ucapkan jika bertemu dengan situasi menjijikkan semacam itu agar keturunan kita di masa depan tidak mengikuti embah-buyutnya yang mudah sekali melakukan hal-hal yang abnormal. Dengan mengatakan “Tingbating,” berarti kita masih bisa merayakan kesadaran bersama-sama, kesadaran yang kini dianggap sebagai kegilaan.

23 April 2012

Firman Venayaksa

Minggu, 08 April 2012

SAATNYA LEBAK MEMBACA!





8/4/2012-- Sekitar 30 pengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Kabupaten Lebak berkumpul di TBM Kedai Proses STKIP Setiabudhi dalam acara silaturahmi antarTBM. Hadir pula Kabid PLS Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, Abdul Malik.  “Saya cukup mengapresiasi kegiatan yang diinisiasi oleh rekan-rekan TBM ini. Dengan menggeliatnya relawan TBM untuk meningkatkan minat membaca masyarakat Lebak, berarti program Dinas Pendidikan ikut terbantu,” ucapnya.  Abdul Malik menjelaskan bahwa TBM yang tercatat di Dinas Pendidikan Lebak sebetulnya ada 49 TBM, tetapi yang benar-benar jalan baru ada 15 TBM. “Jika ingin sukses di dunia, harus dengan ilmu. Jika ingin bahagia di akhirat, harus dengan ilmu. Jika ingin sukses di dunia dan akhirat juga harus dengan ilmu dan dengan TBM kita bisa memulainya,” tambah Abdul Malik yang mengutip dari hadist.

Selain silaturahmi pemikiran, kegiatan ini juga bermaksud untuk membuat Forum TBM Lebak. DC Aryadi, pengelola TBM sekaligus Ketua Forum TBM Wilayah Banten menjelaskan bahwa semenjak berdirinya Forum TBM pusat pada tahun 2005, hingga saat ini belum terbentuk Forum TBM yang mewadahi aspirasi dan komunikasi pengelola TBM di Lebak. “Alhamdulillah, teman-teman TBM di Lebak sangat antusias mengikuti pertemuan ini. Semoga ke depan, masyarakat Kabupaten Lebak bisa lebih mudah mengakses bahan bacaan dengan didirikannya Forum TBM ini. Dan penting juga untuk diingat bahwa didirikannya Forum TBM adalah sebagai mitra untuk Dinas Pendidikan, khususnya di bidang pendidikan non formal.”

Ketua 1 Pengurus Pusat Forum TBM, Firman Venayaksa,  yang juga hadir pada acara tersebut menjelaskan bahwa rentang sejarah masyarakat Lebak berkait dengan budaya literasi sebetulnya lumayan panjang. “Minimal masyarakat Lebak dekat dengan nama Multatuli, sebuah novel yang sangat mendunia.” ujarnya. “Jika para relawan TBM di Lebak menggeliat dan berkehendak  agar masyarakatnya meminati bahan bacaan, sebetulnya cita-cita ideal tersebut sangat mungkin dilakukan.” Dari hasil musyawarah tersebut, terpilihlah  Adengika Nurmaya dari TBM Kedai Proses sebagai ketua Forum TBM Lebak. “Semoga amanah ini bisa saya jalankan dengan baik” tuturnya.  

Lebak Membaca
Hasil dari kesepakatan musyawarah tersebut adalah akan digulirkannya "Wakaf Buku untuk Lebak Membaca". Pengumpulan buku tersebut dimulai pada momentum Hari Buku se-Dunia pada tanggal 23 April dan puncaknya bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Lebak pada tanggal 2 Desember. Ketika ditanya teknis pengumpulan buku tersebut, Adengika menjelaskan, "ada waktu delapan bulan untuk menggugah masyarakat Lebak agar bersedia mengumpulkan buku-buku yang kelak akan disebar di TBM-TBM di Lebak. Dengan cara itu masyarakat Lebak akan lebih mudah mengakses bahan bacaan. Teknisnya kita bisa menyebarkan box buku (drop box book) ke beberapa tempat yang strategis. Selain itu kita bisa sebar informasi ini via jejaring sosial agar masyarakat di luar Lebak bisa ikut berpartisipasi. Ini program kerja yang akan kami gulirkan dan kita harus bekejasama dengan para pihak agar Lebak Membaca bisa tercapai."