Workshop Blog dan Media Sosial bagi pengelola TBM yang
diselenggarakan di Medan oleh Forum Taman Bacaan Masyarakat bekerjasama dengan
PPTK Paudni berakhir pagi itu. Kegiatan tersebut dilaksanakan mulai 26-29
Sptember 2012. Pikiran terasa beku dan untuk mencairkannya para peserta berburu
oleh-oleh atau mendatangi tempat-tempat wisata. Sebagian ada yang sudah pulang
mengejar pesawat.
Pagi itu, saya, Tarmizi dari TBM Rumah Hitam-Batam dan Dedi dari TBM
Kedai Proses-Lebak, memilih untuk berilaturahmi ke Taman Budaya Medan. Di sana
kami disambut oleh para aktivis kesenian, baik sastrawan, perupa, pemain teater
bahkan fotografer. Diskusi seputar kesenian pun bergulir ditemani kopi pekat.
Lalu diskusi merambat pada kegiatan Taman Bacaan.
“Di sini TBM-nya hebat-hebat. Tadi malam kami mendatangi TBM Mas Raden
yang menggabungkan antara TBM dan warung jamu. Sebelumnya kami berkunjung ke
TBM Shell Power yang pernah mendapatkan penghargaan dari Menteri Kemdikbud pada
tahun 2011.” Ujar Tarmizi menjelaskan kepada beberapa kawan seniman.
“Ada juga TBM yang dahsyat di sini.” Kata Yondik Tanto, aktivis teater.
“Namanya TBM Tengku Luckman Sinar. Pengelolanya Mira. Di TBM itu ada ribuan
buku referensi tentang sejarah Medan. Luckman Sinar adalah sultan kerajaan
Serdang yang meninggal tahun 2011. Putrinya, Mira, membuka Taman Bacaan karena
buku-buku di sana luar biasa banyaknya.”
Tarmizi dan saya beradu pandang. Tanpa berpikir panjang, kami langsung
menanyakan alamat TBM tersebut. Sayang sekali rasanya jika tak mengunjungi TBM
unik itu. “Putri Sultan Serdang mendirikan TBM, mana mungkin kita melewatkannya
begitu saja?” Senyum Tarmizi mengembang. Yondik Tanto pun mengerti. Lalu ia
menelepon seseorang. “Cepat kau datang sini. Ada order buat kau nih” Tak berapa
lama seseorang berperawakan ceking dengan rambut gondrong mendatangi kami.
Namanya Gusti yang berproses sebagai perupa. Namun belakangan ini ia
menambahkan profesi barunya sebagai tukang ojek motorbecak.
Kami bertiga langsung menuju lokasi yang dituju. Di tempat tersebut kami
berjumpa dengan Tengku Mira Sinar setelah menunggu sekitar 15 menit. Dalam
proses menunggu itu, saya meneroka beberapa buku lama yang masih terrawat. Buku
di tempat ini lebih banyak mengarah pada buku referensi sejarah. Sebagian
berbahasa asing seperti Belanda dan Inggris. Sebagian lagi buku-buku sastra.
Bahkan di depan lokasi, terlihat ribuan
novel-novel koboi dan peperangan. Semua berbahasa Inggris.
“Mohon maaf menunggu lama. Saya tadi sedang mengajar tari di sanggar,”
ucap wanita anggun yang berusia sekitar 40-an itu. Bahasanya begitu halus dan
terjaga. Wajahnya selalu mengembangkan senyum terbaiknya.
Ia menjelaskan perihal kenapa ia membuka Taman Bacaan Masyarakat.
Awalnya dimulai dari kegemaran ayahnya membaca buku. “Ayah tak pernah
ketinggalan membawa buku koboi dan peperangan kemanapun ia pergi. Lihat saja,
ada ribuan buku di depan. Selain itu ia memang pembaca buku-buku sejarah.
Sebagian ia dapat dari Belanda,” ujarnya.
Selain sebagai Sultan Serdang
(2001-2011), Tuanku Luckman Sinar Basar Shah juga menjadi dosen tamu di USU.
“Banyak yang datang kesini untuk mencari buku referensi mulai dari para
peneliti hingga mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, tesis maupun
disertasi.” Ungkap Mira. Menurut Mira, setelah ayahanda meninggal, harta
warisan yang paling berharga dan paling dicintai ayahnya adalah buku. Atas
dasar itu ia kemudian membuat TBM. “tetapi
buku ini kebanyakan buku referensi, sehingga kami harus menjaganya. Ke depan,
saya ingin sekali membuat TBM untuk anak-anak. Tempatnya sudah disediakan di
bawah. Rak-rak buku juga sudah siap. Semoga saja ada bantuan buku-buku dari
pihak-pihak yang peduli,” tambahnya. TBM Tengku Luckman Sinar didirikan di
rumah pribadi beralamat di jalan Abdullah Lubis No. 42/47 Medan.
Ketika ditanya perihal perhatian pemerintah, Mira menjelaskan bahwa
selama ini Perpustakaan Daerah sudah mulai membantu. Bahkan TBM-nya dinobatkan
sebagai TBM terbaik di provinsi ini.
“Bagaimana dengan Dinas Pendidikan?” tanya saya. Mira menghela nafas
sejenak. “Ini yang saya aneh. Dua bulan lalu saya sudah mengajukan surat izin
operasional kepada pihak Dinas Pendidikan. Mereka juga sudah datang mem-verifikasi
tempat, menanyakan yayasan dan lain-lain. Semua persayaratan sudah saya ikuti.
Tapi sampai sekarang tak jelas duduk pangkalnya.” Kata Mira sambil mengerutkan
dahi. Namun Mira tetap optimis bahwa warisan harta ayahnya ini akan sangat
berguna untuk masyarakat.
Tak terasa waktu merambat cepat. Kamipun pamit meninggalkan TBM Luckman
Sinar. Tetap semangat, Mira! (FV)