Rabu, 10 Mei 2017

MOTOR LITERASI DAN KPK



Oleh Rona Gokma Auldia

Hari ini saya pergi berkunjung ke KPK. Saya bisa pergi ke sana karena diajak oleh papa genk Moli, pak Firman Venayaksa. Saya pergi ke tempat itu bersama teman-teman moliwan lainnya, diantaranya ada  Zaenal,  Ivan, Aldi, dan Pak Firman Sendiri. Awalnya ketika kemarin setelah rapat akbar Moli untuk acara Tour Literasi ke Warung Banten, ia mengajak kami untuk ikut ke KPK. Saya sempat tidak ingin ikut karena pak Firman mengatakan bahwa besok akan berangkat dari Rumah Dunia pukul 10:00 WIB yang berarti pada saat itu saya baru saja selesai mata kuliah pertama. Selanjutnya pukul 13:00 WIB akan dilanjut lagi dengan mata kuliah Bahasa Inggris. Hal inilah yang menjadi dasar pertimbangan saya menolak tawaran pak Firman untuk ikut bersamanya ke KPK walaupun sebenarnya saya tertarik untuk ikut karena saya yakin akan mendapatkan pengalaman yang berharga di sana yang mungkin teman-teman lainnya tidak miliki. Hal lainnya adalah karena MoLi ini bekerja sama dengan KPK, masa iya, saya sebagai anggota relawan Moli tidak pernah silaturrahmi ke tempat rekan kerja.

Keesokan harinya ketika saya kuliah pagi, ternyata dosennya belum datang juga sampai pukul 09:00 WIB, saya kembali berpikir apakah saya ikut saja ke KPK atau tetap melanjutkan kuliah, eh ternyata dosennya datang di jam-jam terakhir mata kuliah ingin berakhir. Saya kembali ragu jika ingin ikut, karena khawatir waktunya tidak akan terkejar jika saya memaksakan untuk ikut. Karena dosen itu selesai mengajar pukul sepuluh. Akhirnya saya meminta kepada Pak Firman untuk memberikan toleransi waktu untuk terlambat agar saya bisa ikut, dan ternyata ia mau menunggu saya dan teman saya Fakhry. Senangnya. Tetapi ketika sudah selesai kuliah dan ingin ke rumah dunia, Fakhry mengabarkan ke saya kalau dirinya tidak bisa ikut dikarenakan ada sesuatu yang gawat di kosannya. Akhirnya saya pergi sendiri ke Rumah Dunia. Saya tidak mengikuti mata kuliah yang ke dua, Bahasa Inggris. Di tengah perjalanan, saya mendapat kabar dari grup WA kelas bahwa mata kuliah bahasa Inggris diganti hari esok. Yeaay! Saya merasa beruntung telah membuat keputusan yang tepat dengan ikut ke KPK. Tak lama saya sampai di rumah dunia kami langsung berangkat ke tempat tujuan, kali ini kami tidak membawa motor ke Jakarta seperti yang kami lakukan bersama komunitas motor kami, Motor Literaasi melainkan memakai kendaraan pribadi milik papa genk Moli. Untuk memecahkan kebosanan, sepanjang perjalanan kami nikmati dengan mengobrol-ngobrol renyah satu sama lain.
Jadwal pertemuan pak Firman dengan pihak KPK pukul satu siang di gedung KPK yang baru, gedung Merah Putih. Selain menjadi kantor, Gedung Merah Putih ini merupakan tempatnya para tahanan KPK. Tetapi kami tiba di tempat pukul satu lebih lima belas menit. Setibanya kami di gedung Merah Putih, Moli tidak pernah melupakan kebiasaannya untuk always eksis di dunia maya, yaitu take a picture and shared it to Moli group.

Kami masuk ke KPK, semua barang bawaan kita harus di cek di sana supaya aman, mungkin. Karena kita tahu orang-orang KPK ini merupakan orang-orang hebat yang lumayan tidak disukai banyak pihak karena terlalu jujur mungkin dalam memberantas korupsi, hehe. Mengingat kejadian beberapa waktu belakangan ini Novel Baswedan, bagian dari KPK yang disiram air keras setelah melakukan ibadah salat subuh di rumahnya. Kami menyerahkan KTP kami kepada resepsionis di sana untuk ditukar dengan kartu khusus untuk tamu KPK. Gedung KPK ini canggih menurut saya, karena kita harus menggunakan kartu itu supaya bisa masuk ke ruangan mana pun yang ada di sana. Jadi, tidak bisa sembarangan orang yang memasuki wilayah KPK. Kalau tidak punya kartu itu, kita hanya bisa sampai ruang depan saja. Semua akses pintu sudah diatur dengan sistem yang keren. Coba kalau Untirta seperti itu, hehe.

Di dalam ruang rapat, saya dan rekan-rekan mahasiswa yang ikut bersama pak Firman hanya duduk di sekitar mereka dan menyimak apa yang sedang mereka diskusikan. Saya kagum dengan mereka semua, Pak Firman, Mbak Melvi, Kang Sandry, Direktur Dikyanmas dan segenap pihak KPK yang tadi ikut rapat. Mereka semua adalah orang-orang hebat yang turut berpartisipasi untuk kemajuan bangsanya. Konsep yang mereka miliki untuk mendistribusikan ribuan bahkan puluhan ribu buku supaya tidak ada lagi daerah tertinggal yang kekurangan pasokan buku bacaan sangat luar biasa. Semangat mereka sangat berapi-api. Niat mereka sangat tulus dan mulia. Mereka sudah membuktikan dengan banyak membaca bisa membuat dan mengubah diri sendiri menjadi lebih baik dan dengan tulisan bisa mengubah dunia, seperti kalimat yang tertulis di rumah dunia. Saya sangat tertarik ketika seorang direktur KPK bicara seperti ini “waktu itu saya pergi ke Afrika bawa tiga ratus buku untuk dibagikan di sana, tetapi sebelum sampai ke Afrika, saya transit dulu di Eropa”, lalu ditimpali mba Melvi “iya, itu saya kemarin juga sebelum ketemu pak Jokowi saya habis dari Malaysia (kalau tidak salah dengar), minggu ini saya mau bawa buku KPK ke Singapura untuk dikenalkan di sana”. Waw, saya terheran-heran karena mereka menceritakan perjalanan mereka ke luar negeri seperti sedang menceritakan perjalanan sehari-hari saya dari Bekasi-Ciwaru yang harus transit ke Pakupatan terlebih dahulu, tetapi mereka sudah berada di level atas. Jadinya gimana ya, saya kagum. Saya ingin seperti mereka yang memberikan dampak positif bagi negara. Kelak saya akan seperti mereka, Amin.

Ternyata sangat berbeda ketika melihat KPK yang sedang rapat dengan organisasi-organisasi yang lain. KPK sangat to the point ketika rapat dan waktu yang mereka punya untuk rapat benar-benar dimanfaatkan dengan baik dan langsung mendapatkan hasil yang sangat brilian. Suasana waktu rapat juga santai, tidak kaku tetapi tetap mendapatkan hasil yang baik setelah rapat.

Selesai rapat, kami kembali ke meja resepsionis untuk mengambil KTP kami dan mengambil satu dua foto untuk kenang-kenangan dari sana. Kami mengantarkan mba Melvi ke tempat kerjanya di Kompas Gramedia Palmerah sekalian “ngerampok” buku untuk Moli sumbangkan nanti pada tanggal 13-14 Mei di Warung Banten. Kami membawa 1 dus buku yang berisi 69 eksemplar buku. Setelah itu kami pulang. Kami rehat sejenak di rest area untuk mengisi amunisi. Lalu kami melanjutkan perjalanan kami kembali ke Serang. Di perjalanan, sepertinya Pak Firman memang sengaja menyiapkan sebuah film dokumentasi tentang Dauzan Farook untuk kami tonton, seorang veteran dan aktivis Muhammadiyah berumur 79 tahun yang di masa tuanya masih berjuang mengembangkan minat baca di daerah Yogyakarta. Ia berkegiatan sejak tahun 1993. Saya merinding dengan kegigihan Simbah. Pak Firman menambahkan bahwa ketika kuliah, dia mendatangi rumah Dauzan Farook untuk belajar gerakan literasi kepadanya.

Setelah film usai, kami tiba di Rumah Dunia dengan keadaan selamat dan bahagia, sambil menghitung hasil "rampokan" buku dari Gramedia.

Terima kasih saya ucapkan kepada pak Firman atas ajakannya, mbak Melvi atas donasi bukunya, dan teman-teman semua yang ikut serta pada kegiatan hari ini.


Sekian.
#salamliterasi
#motorliterasi
#kpk
#aclc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar