Senin, 10 April 2017

MOTOR LITERASI MENJUMPAI PANDEGLANG


(catatan kecil dibuat sebelum sarapan)
Oleh Kelanaraya HS

Moli kembali beraksi menyebarkan virus membaca di masyarakat. Kali ini Alun-alun Pandeglang yang menjadi titik sasaran. Sebelumnya, Moli menyambangi Alun-alun kota Serang dan Alun-alun Rangkas Bitung. Dari dua tempat tersebut, Moli mendapat sambutan hangat dari kalangan masyarakat.

Pagi masih teramat sepi, Minggu (9/4). Matahari di langit timur belum terbit. Embun yang dingin bersama kabut tipis pelan-pelan turun menyelimuti pekarangan Rumah Dunia. Pagi itu, di Rumah Dunia tampak lain dari pagi biasanya. Firman Venayaksa, dosen Untirta dan penggerak Moli, sudah berdiri gagah dengan mengenakan kostum ala geng motor. “Bangun-bangun, sudah jam lima nih. Molor mulu. Ayo berangkat-berangkat!” Dari satu kamar relawan, Firman berjalan mengketuk kamar relawan lain. Para relawan Moli yang masih tertidur, langsung bangun dan berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka dan bersih-bersih.

Setelah para relawan Moli membersihkan diri, mereka bahu membahu mengeluarkan buku dari Gong Library yang sudah ada di dalam boks untuk dibawa. Sekira pukul lima pagi, relawan Moli memacu kendarannya dengan berkonvoi menuju Alun-alun Pandeglang.

Pagi itu, menjadi pengalaman yang berkesan bagi teman-teman relawan Moli. Dengan membonceng buku-buku di belakang motor, dan suasana dingin yang menggigit kulit, mereka senang gembira memacu kendaraannya sambil bernyanyi-nyanyi kecil di atas motor. Aku sendiri, yang baru kali ini ikut bergabung membawa boks buku merasakan aura lain. “Ini kegiatan `gila`, kataku. “Mau-maunya relawan Moli mengorbankan kebahagiaan empuknya kasur. Mau-maunya mereka meninggalkan kebersamaan akhir pekan bersama keluarga.”

Ya, mungkin Inilah yang disebut perjuangan. Mereka bergerak tanpa ada bayaran, malah sebaliknya, keluar uang untuk bensin dan makan. “Gerakan ini murni atas dasar nurani,” kata Kibau, salah satu relawan Moli dari Rangkas. Kalau Kegiatan seperti ini terus digalakan, rasa-rasanya Banten kedepan akan lebih baik dari hari ini, apalagi kalau pemerintah terkait ikut mendukung dan mau berkumpul sekaligus bergerak.

Budi Darma pernah mengatakan bahwa dalam suatu masa yang jauh, Inggris ketika dibawah kekuasaan Ratu Elizabeth dan Victoria penah ada dalam satu masa terpuruk dan berada di persimpangan jalan.  Untuk menumbuhkan dan memperbaiki hali itu, Inggris memberikan ruang seluas-luasnya untuk masyarakatnya gemar membaca, menulis dan berdiskusi. Tempat-tempat perkumpulan dibuat. Penulis, seniman dari luar diundang untuk datang ke Inggris.

Sekarang, bisa kita lihat. Bahasa Inggris menjadi bahasa Internasional. Negaranya maju. Bahkan melahirkan banyak sastrawan-sastrawan besar seperti Charles Dickens, TS Eliot—sekadar menyebut beberapa nama.

Kembali kepembicaraan awal mengenai perjalanan Moli. Setelah kurang lebih menempuh waktu satu jam, relawan Moli sampai di Alun-alun Pandeglang. Kendaraan langsung diparkirkan. Buku-buku diturukan dari dalam boks. Spanduk yang digunakan untuk alas buku digelar di atas trotoar. Ketika semua beres ditata, Firman baru sadar ternyata ada hal yang tertinggal. “Waduh kacau, spanduk yang ada tulisan baca grtasinya ketinggalan,” kata Firman.

Malam itu, aku dan Iyoy, relawan yang baru bergabung di Rumah Dunia ditugaskan untuk mengecek buku-buku dan peralatan yang dibutuhkan. Ketika pengecekan tidak ada spanduk yang bertuliskan “baca buku gratis”. Selebihnya, backdrop ada dan tetata rapih. Maka, kami hanya membawa bacakdrop tersebut.

Untuk mensiasati hal itu, kawan-kawan dari relawan Moli lalu membuat tulisan gratis membaca dengan sobekan kardus. Mengingat di dua tempat sebelumnya yang dikunjungi masih ada anggapan pengunjung gelaran buku-buku Moli berbayar, walaupun tulisan di spanduk jelas “BACA BUKU GRATIS”.

Ketika menggelar dan merapihkan buku-buku, kawan-kawan dari geng Motor Kombo,  Indonesia Rider, Super Moto Lebak datang dengan membawa buku di ransel dan kendarannya. Tidak saja teman-teman geng motor, teman-teman dari FTB Pandeglang ikut meramaikan kegiatan Moli dengan menggelar koleksi buku-bukunya.

Suasana pagi itu terasa sejuk dan asyik, anak-anak dan ibu-ibu yang sedang berolahraga mampir untuk membaca buku, begitu pun seorang polisi yang sedang bertugas mengatur lalu litas. Melihat banyaknya buku yang digelar dan kerumunan para pengendara motor, ia ikut nimbrung melihat-lihat buku dan ikut membaca.

Gelar buku Moli di alun-alun Pandeglang disudahi sekira pukul setengah sepuluh pagi, lalu kegiatan selanjutnya diteruskan dengan berkunjung ke TBM Saba Juhut di bawah kaki gunung Karang. Di TBM tersebut selain berkunjung, teman-teman Moli juga memiliki tujuan menyumbangkan buku-buku bacaan.
Sebelum sampai di perjalanan TBM Saba Juhut ada hal yang cukup menarik, tapi juga sedikit tragis. Firman Venayaksa, ketua rombongan Moli harus mengalami beberapa kali jatuh bangun ketika menaiki jalanan yang mendaki. “Waduh, bro ketua rombongan motornya mogok. Butuh pertolongan darurat,” kata salah satu relawan Moli.

Teman-teman yang sudah sampai duluan di atas, terpaksa harus turun kembali untuk ikut mendorong motor ketua rombongan. Beberapa kendaraan yang masih di bawah bergotong royong membantu mendorong. Ternyata, tidak saja motor Firman Venayaksa, beberapa teman Moli yang lain juga ada yang bermasalah pada kendaraannya. Sehingga, rombongan yang sudah terlebih dahulu berangkat harus menunggu relawan Moli yang lain.

Hambatan-hambatan di sepanjang perjalanan perlahan-lahan bisa terlewati juga. Sekira pukul sebelas, relawan Moli semua sampai di TBM Saba. Suguhan mie rebus, ubi, singkong, pisang ambon dan kopi sudah tersedia di atas meja.

Di tengah rasa santai menikmati kopi, relawan Moli berkumpul di sebuah saung untuk mempererat silturahmi di atara relawan. Perkenalan-perkenalan kecil terbangun dengan suasana yang menyenangkan. Di tengah obrolan muncul gagasan untuk acara Moli selanjutnya. Atas kesepakatan relawan Moli, minggu depan akan menggelar  di Cilegon.

Siang itu, suguhan yang digelar mulai habis dinikmati. Obrolan-obrolan dari beberapa perwakilan sudah menyampaikan gagasannya. Di tengah cuaca yang mulai gelap, teman-teman akhirnya memutuskan untuk menutup acara kali ini. Selanjutnya bagi teman-teman yang ingin bergabung bisa bertemu di Kota Cilegon. Salam Moli. []